Prediksi 2020 - Inter Milan Juara Serie A Italia
Kalau
ada waktu terbaik untuk mengakhiri dominasi Juventus di Liga Italia maka musim
2019/2020 adalah waktu terbaik itu. Si
Nyonya Tua menguasai gelar Scudetto sejak musim 2011/2012 alias sudah 8
musim beruntun. Selama rentang waktu tersebut, bukannya tidak ada klub yang
berpotensi mengakhiri dominasi Juve tetapi raksasa Italia itu memang punya
resep ampuh untuk tetap melanggengkan kekuasaan. Pelatih jempolan bermental
juara adalah faktor utama kesuksesan Juve berada di puncak sepakbola Italia
selama 8 musim beruntun.
![]() |
Inter Milan berpotensi Scudetto musim ini - Photo : Eurosport |
Antonio
Conte mengawali hegemoni dengan membawa Gianluigi Buffon dkk merengkuh hattrick Scudetto. Conte memang masuk kategori pelatih
bagus dan bermental juara. Terbukti kala dirinya hijrah ke Liga Inggris menangani
Chelsea selama dua musim. The Blues tidak
pernah absen trofi juara selama dua musim itu. Conte langsung membawa Chelsea
juara Liga Inggris di musim perdana dan meraih trofi FA Cup di musim kedua.
Ditinggal
Antonio Conte, Juventus tetap perkasa karena suksesornya juga masuk kategori
pelatih jago dan bermental juara. Dialah Massimiliano Allegri, pria yang
diberikan penghargaan pelatih terbaik Serie A kala menukangi Cagliari dan
langsung membawa AC Milan Scudetto dimusim perdana menangani Rossoneri.
Allegri
yang awalnya ditolak oleh fans Juventus lantas berhasil mengambil hati suporter
Si Nyonya Tua. Pencapaian Allegri
kala memegang Juventus justru lebih dahsyat dengan raihan lima Scudetto
beruntun, dua kali final Liga Champions dan beberapa gelar Coppa Italy dan
Super Coppa Italy.
Conte
dan Allegri adalah kunci sukses Juve menguasai Liga Italia. Meski tidak bisa
diabaikan faktor kualitas skuad yang dimiliki tetapi keberadaan Carlos Tevez,
Paul Pogba, Andrea Pirlo, Gonzalo Higuain, Mario Mandzukic, Cristiano Ronaldo
dan sederet bintang lainnya mungkin tidak akan berdaya guna maksimal jika
ditangani oleh orang yang berbeda.
Dan
itulah yang saat ini tengah dialami Juventus. Ya, resep sukses Juve selama ini
seakan hilang ditangan Maurizio Sarri. Mantan pelatih Napoli dan Chelsea ini
bolehlah disebut sebagai pelatih bagus tapi sulit untuk mengatakannya sebagai
sosok bermental juara.
Saat
menukangi Napoli, Sarri tidak pernah sanggup membawa tim asuhannya mengalahkan
Juventus dalam perburuan Scudetto. Hal serupa juga terjadi kala dirinya hijrah
menangani Chelsea. Sarri gagal membawa The
Blues bersaing dalam perebutan titel Premier League dan keok di tangan
Manchester City pada final Piala Liga Inggris. Sarri memang membawa Chelsea juara Europa
League tetapi lawan yang dikalahkannya adalah “klub sekelas” Arsenal yang
tengah dalam fase merenovasi diri.
Sarri
adalah pelatih bagus, ini fakta yang harus diakui, tetapi dirinya bukan pelatih
bermental juara. Saking minim mental pemenang, gelar Europa League adalah trofi
juara perdana Sarri dalam karir kepelatihannya. Juventus kemungkinan besar
sudah salah memilih Sarri sebagai penerus tongkat estafet dari Allegri.
Kiprah
Juve musim ini menggambarkan hal tersebut. Sampai pekan ke 17 dan akhir tahun
2019, kita mendapati pemandangan yang tidak biasa. Juventus tidak sedigdaya seperti
musim-musim sebelumnya, kalau tidak ingin dikatakan bahwa Juventus tampak
sangat meragukan untuk bisa tetap berkuasa di akhir musim nanti.
Leonardo
Bonucci dkk berada di posisi 2 klasemen Serie A dengan raihan 42 poin, sama
dengan Inter Milan di puncak klasemen yang memiliki selisih gol lebih baik.
Terlihat ketat tapi rasanya ada yang beda dengan Juventus musim ini. Mereka
tidak seperkasa biasanya meski masih diperkuat deretan pesepakbola hebat
semacam Paulo Dybala, Gonzalo Higuain sampai Cristiano Ronaldo.
Tim
diluar 10 besar seperti Fiorentina, Lecce dan Sassuolo bisa-bisanya menahan
seri Juventus. Kekurangan mental juara dari sosok Maurizio Sarri langsung
terlihat kala Bonucci dkk dibantai Lazio 1-3 dalam dua pertemuan terakhir
melawan skuad asuhan Simone Inzaghi. Juventus bahkan sudah harus kehilangan
satu gelar juara musim ini usai Lazio menaklukkan skuad racikan Sarri di laga
Super Coppa Italy.
Kondisi
Juventus berbanding terbalik dengan kompetitor utama mereka dalam perburuan
Scudetto musim ini, Inter Milan. Klub asal kota mode Milan itu bertransformasi
luar biasa menjadi tim yang lebih solid dan tampak sangat siap merengkuh titel
Scudetto musim ini.
Adalah
kehadiran Antonio Conte dibalik layar yang membuat Inter Milan musim ini tampil
lebih meyakinkan sebagai kandidat peraih Scudetto. Conte adalah sosok pelatih
bagus dan sudah terbukti bermental juara. Bagaimana dirinya “menghidupkan
kembali” ketajaman Romelu Lukaku adalah salahsatu bukti kehebatannya. Striker
asal Belgia yang kurang tajam bersama MU itu kini jadi predator ganas di lini
depan Inter Milan.
Conte
adalah resep juara yang dulu dimiliki Juventus tetapi kini berada di ruang
ganti Inter Milan. Sebaliknya Juventus bersama Sarri seperti kehilangan resep
juara yang dulu jadi “hak patennya”. Inter Milan bersama Conte dan Juventus
bersama Sarri adalah kombinasi yang pas untuk mengakhiri hegemoni Si Nyonya Tua selama 8 musim terakhir.
![]() |
Conte membawa Inter tampil luar biasa - Photo : CNN International |
Bagaimana
peluang pemburu Scudetto lainnya seperti Lazio, AS Roma dan Atalanta?. Well, harus diakui ketiganya juga punya
potensi jadi tim yang mengakhiri kekuasaan Juventus. Namun menimbang keberadaan
seorang Antonio Conte dibalik dapur strategi Inter Milan, maka ketiganya
kemungkinan besar sudah cukup berpuas diri jika bisa bertahan di 4 besar
klasemen dan lolos ke Liga Champions.
Soal
Liga Champions, tersingkirnya Inter Milan dari kompetisi teratas antar klub
Eropa itu juga menambah besar probabilitas skuad asuhan Conte meraih Scudetto.
Lukaku dkk akan semakin fokus berburu kekuasaan di dalam negeri dan ini jelas
menjadi modal yang sangat baik disaat Juventus masih harus berjibaku di Liga
Champions.
Singkat
cerita, Inter Milan dengan kualitas skuad yang bagus bersama kejeniusan dan
mental juara Antonio Conte adalah kombinasi terbaik untuk memenangkan Scudetto
di pertengahan 2020 nanti. Pada titik ini Juve mungkin akan tersadar bahwa
Sarri adalah sosok pelatih bagus tapi tidak cukup berpengalaman membawa tim
asuhannya menjadi juara. Selamat Inter Milan.
Post a Comment