Indra Sjafri Tetap Layak (Dipertimbangkan) Jadi Pelatih Timnas Senior
“Tolong disampaikan dan ditulis di koran,
bila perlu di semua media Indonesia bahwa Indra Sjafri adalah pelatih yang
punya progress baik dan sekarang siap kalau ditunjuk sebagai pelatih timnas
senior Indonesia”. Ucapan ini dilontarkan Indra Sjafri di depan para wartawan
sebelum laga final sepakbola Sea Games 2019 melawan Vietnam.
Ada yang salah dengan ucapan ini?
Tidak ada.
Ucapan ini kemudian jadi “gorengan”
media ketika Indonesia justru kalah telak 0-3 dari Vietnam. Indra Sjafri lantas
dikesankan sebagai pribadi yang sombong, takabur, menjurus ke arogan.Dan saya
tidak sependapat dengan penilaian tersebut.
![]() |
Indra Sjafri, pelatjh timnas U23 Indonesia - Photo : CNN Indonesia |
Sejak namanya mencuat kala membawa
generasi Evan Dimas dkk menjadi juara Piala AFF U19, Indra Sjafri memang sering
menampilkan dirinya sebagai sosok yang penuh percaya diri. Pria 56 tahun
tersebut memilih bersikap optimis ketimbang realistis agar mental anak asuhnya
tidak kalah sebelum memasuki lapangan hijau. Baginya, sepakbola adalah 11 lawan
11 dan kedua tim sama-sama punya peluang menang.
Anda tentu masih ingat saat Evan
Dimas dkk menjalani kualifikasi Piala Asia U19 dan dihadapkan pada raksasa Asia
Korea Selatan. Kala media-media Indonesia mengapungkan realistis agar tidak
kalah melawan Korea Selatan dan berharap Indonesia lolos sebagai salahsatu
runner up terbaik, Indra justru mengusung optimisme dengan pernyataan
legendarisnya “Tidak ada yang tidak bisa dikalahkan, hanya Tuhan yang tidak
bisa dikalahkan”
Terdengar optimis? Ya.
Dan kemudian sejarah mencatat, skuad
asuhan Indra Sjafri menang dengan gagah berani atas Korea Selatan dan
melenggang ke putaran final Piala Asia U19. Meski kemudian gagal berbicara
banyak di turnamen tersebut, Indra tetap tidak kehilangan pesona.
Bali United yang tengah merintis
jalan menjadi klub profesional yang “benar-benar profesional” merekrutnya.
Kinerja Indra Sjafri di klub ini memang tidak bisa dikatakan memukau meski juga
tidak bisa dikatakan buruk. Bali United hanya beredar di papan tengah. Indra
lantas kembali ditunjuk PSSI untuk menangani tim Garuda Muda generasi Egy
Maulana Vikri.
Bak berjodoh dengan anak-anak muda,
Egy dkk tampil menawan di tangan Indra Sjafri. Gaya permainan menarik yang
dipertontonkan generasi Evan Dimas dkk hidup kembali. Walau hanya mentok di
semifinal Piala AFF U19, skuad asuhan Indra Sjafri tetap menjadi kesayangan publik
sepakbola nasional.
Proses dan progres lantas tidak
berbohong. Generasi Egy dkk yang beranjak naik ke level U22 dituntun Indra
Sjafri menjuarai Piala AFF U22. Pencapaian yang membuat Indra Sjafri jadi
salahsatu pelatih Indonesia yang paling sukses di level timnas usia muda.
Jangan lupakan pula kiprah tim yang sama di Piala Asia U19. Egy dkk mentas
sampai perempat final dan nyaris lolos ke Piala Dunia U20.
Nah, dengan sederet catatan
tersebut, wajar jika Indra Sjafri mengatakan bahwa dirinya adalah pelatih
dengan progres baik dan siap jika ditunjuk menangani timnas senior. Indra
merintis jalan menuju kesana dengan menukangi tim di level U19 dan U22. Dalam
prosesnya, Indra pula yang membidani dua generasi juara Asia Tenggara yang diwakili
generasi Evan Dimas dan generasi Egy Maulana Vikri.
Timnas U23 yang mentas di Sea Games
2019 adalah prototype timnas senior
Indonesia di masa depan. Dua generasi Evan Dimas dan Egy bersatu dalam satu
tim. Hasilnya memang belum membuahkan medali emas tapi jangan lupakan bagaimana
tim ini lolos dari grup neraka dengan menundukkan Thailand dan Singapura serta
menyarangkan 21 gol dalam perjalanan menuju final.
Kekalahan dari Vietnam memang jadi
kekalahan terbesar Indonesia di final Sea Games tetapi saya tidak melihat ada
yang salah dari cara Indra menyusun taktik. Pelatih yang akrab dengan Ustadz
Yusuf Mansyur ini menyimpan Egy dan menurunkan Witan demi memberikan kejutan
disisi sayap. Egy diharapkan bisa jadi pembeda dengan kecepatannya di babak
kedua saat bek lawan sudah mulai capek.
Rencana kemudian berantakan ketika
Evan Dimas “dicederai” dan harus mengakhiri laga lebih awal. Respon Indra pada
situasi ini juga sudah tepat dengan memasukkan Syahrian Abimanyu. Gelandang
serang ganti dengan gelandang serang. Sayangnya Syahrian memang belum sematang
Evan dalam mengkreasikan serangan dari tengah.
Indonesia kemudian tidak bisa banyak
mengolah serangan dari lini tengah dan apesnya lini sayap Garuda Muda beneran
dibuat mati kutu oleh strategi Vietnam. Sayap-sayap Indonesia langsung ditempel
minimal dua pemain setiap akan memulai serangan. Buntu disayap dan minim kreasi
di tengah. Indonesia tinggal menunggu kebobolan saja.
Terlepas dari itu semua, Indra
tetaplah pelatih yang bagus. Lagipula mana ada pelatih yang tidak pernah kalah
telak. Sosok sekelas Jose Mourinho saja pernah menyaksikan Real Madrid
besutannya dibantai 0-5 oleh Barcelona. Pun demikian dengan Pep Guardiola yang
tidak sekali dua kali melihat Man City dikalahkan dengan skor telak.
![]() |
Evan Dimas, salahsatu anak asuh Indra Sjafri - Photo : CNN Indonesia |
Kekalahan mengajarkan lebih banyak
ketimbang yang diajarkan kemenangan. Saya yakin Indra Sjafri akan belajar
banyak dari kekalahan di final Sea Games. Inilah yang membuat saya yakin bahwa
Indra Sjafri tetap pantas ditunjuk menangani timnas senior, alih-alih memilih
Shin Tae Yong atau Luis Milla (kinerja Indra di Sea Games bahkan lebih baik
daripada Luis Milla).
Timnas senior Indonesia dalam beberapa
tahun kedepan kemungkinan besar akan banyak berisikan pemain-pemain yang pada level
juniornya dibina oleh Indra Sjafri. Dari generasi Evan Dimas masih ada nama
Ilham Udin Armayn, Hansamu Yama, Putu Gede, Zulfiandi sampai Ricky Fajrin.
Mereka akan bersatu dengan generasi Egy Maulana Vikri yang mungkin akan
menyumbang nama Witan Sulaeman, Osvaldo
Haay, Rivaldo Tood Ferre, Nadeo Argawinata, M Riyandi, Firza Andika,
Saddil Ramdani, Sani Rizki, Syahrian Abimanyu, Bagas Adi, Andy Setyo, Rahmat
Irianto, Nurhidayat sampai Asnawi Mangkualam.
Dua generasi emas ini akan jauh
lebih baik jika terus bersama sosok yang telah bersama mereka sejak junior
yaitu Indra Sjafri. Bagi Evan dkk, Indra mungkin sudah menjadi “ayah angkat”
mereka dalam urusan sepakbola. Ini sebuah ikatan psikologis yang luar biasa.
Atas dasar tersebut dan progres baik yang telah ditorehkannya, Indra Sjafri
layak untuk ditunjuk menjadi pelatih timnas senior Indonesia. Setuju?
Post a Comment