Mari Menilai Objektif, Persija Juara "Settingan" Atau Bukan?
Sebelum
anda membaca ulasan ini lebih jauh, saya ingin menegaskan bahwa saya sama
sekali bukan pendukung Persija atau PSM. Sebagai anak Sulawesi yang bekerja di
Jakarta, siapapun yang menjadi juara saya akan senang-senang saja. Atas hal
tersebut maka anda bisa menilai bahwa ulasan ini benar-benar objektif, fair dan
tanpa tendensi kemana-mana.
![]() |
Persija Juara Liga 1 Indonesia Tahun 2018 - Photo taken from Warta Kota |
Jadi
sebenarnya Persija juara settingan atau bukan? Jika anda menanyakan hal ini
kepada fans Persija maka jawabannya 1000 persen tidak. Mereka akan dengan
bangga menilai bahwa gelar juara yang sudah dinantikan selama 17 tahun itu
memang layak dimenangkan tim Macan Kemayoran.
Sebaliknya
jika hal yang sama ditanyakan kepada fans PSM maka kemungkinan besar mereka
menilai keberhasilan Persija menjadi juara Liga 1 Indonesia 2018 diwarnai
dengan konspirasi. Meski tidak sedikit pendukung tim Juku Eja yang tampak
ikhlas menerima tim kesayangan mereka hanya menjadi Runner Up, tetapi aroma
settingan Persija menjadi juara tidak terelakkan.
Apalagi
pendapat ini terlanjur bermunculan dimana-mana terutama dari pendukung netral
yang tidak memihak ke Persija atau PSM. Agar bisa melihat dengan jernih hal
ini, mari kita melihat kembali fakta-fakta yang tersaji dan setelah itu
silahkan anda menyimpulkan sendiri.
Kebanyakan
pendapat yang menuding Persija menjadi juara settingan mengambil dasar dari
hasil laga Persija kala bertandang ke markas Bali United. Pertandingan yang
dimenangi Persija dengan skor 2-1 itu memang menjadi momen dimana Ismed Sofyan
dkk mengambil alih puncak klasemen dari tangan PSM ketika kompetisi tinggal
menyisakan satu laga saja.
Kejanggalan
yang disoroti adalah saat wasit memutuskan tidak memberi tambahan perpanjangan
waktu. Inilah yang dinilai sebagai “permainan” untuk memuluskan langkah Persija
menjadi juara. Well, sebagai pengamat
sepakbola netral, saya berani mengatakan penilaian tersebut mengada-ngada.
Laga
Persija melawan Bali United dihentikan pada menit ke 103 alias sudah bertambah
13 menit dari waktu normal. Laga itu memang beberapa kali terhenti akibat ulah
penonton yang menyalakan flare, tetapi hal ini jelas diluar kontrol Persija
karena faktanya mereka adalah tim tamu pada laga tersebut.
Jangan lupakan pula bahwa laga tersebut berlangsung sebelum PSM melakoni laga tandang ke markas Bhayangkara FC sehingga Persija jelas tidak akan pernah tahu bahwa kemenangan mereka di Bali berbuah puncak klasemen karena PSM gagal menang di markas Bhayangkara FC. Andaikan PSM juga menang atas juara Liga 1 musim lalu itu maka isu settingan juara jelas tidak akan muncul.
Jangan lupakan pula bahwa laga tersebut berlangsung sebelum PSM melakoni laga tandang ke markas Bhayangkara FC sehingga Persija jelas tidak akan pernah tahu bahwa kemenangan mereka di Bali berbuah puncak klasemen karena PSM gagal menang di markas Bhayangkara FC. Andaikan PSM juga menang atas juara Liga 1 musim lalu itu maka isu settingan juara jelas tidak akan muncul.
Tudingan
Persija sudah diatur menjadi juara juga muncul karena keberadaan Joko Driyono,
Wakil Ketua Umum PSSI sebagai salahsatu pemilik Persija. Tudingan ini jelas ngawur. Jika dasar tersebut yang diambil
maka PSMS yang dipimpin oleh Edi Rahmayadi selaku Ketum PSSI seharusnya bisa “mengatur”
agar klub pimpinannya tidak sampai jatuh ke jurang degradasi. Faktanya toh klub asal Medan itu terlempar ke
Liga 2 musim depan.
Jangan
lupakan bahwa sejak Mei 2018 Persija tidak diperbolehkan menggunakan Stadion
GBK sebagai kandang mereka. Beberapa kali Marko Simic dkk harus memainkan laga
kandang mereka musim ini diluar Jakarta. Tercatat Bantul, Bekasi sampai
Cikarang pernah dijadikan kandang dadakan tim asuhan Stefano Cugurra. Dari sisi
ini kita bisa menilai bahwa tidak ada kemudahan dan keuntungan tuan rumah yang
diberikan bagi Persija.
Kepantasan
Persija menjadi juara juga didukung fakta bahwa mereka adalah pemenang Piala
Presiden dan juga semifinalis Piala AFC zona ASEAN. Artinya dari sisi teknis,
Marko Simic dkk memang punya kapabilitas untuk memenangkan titel juara
kompetisi sepakbola tertinggi di tanah air.
Kalaupun
ada hal yang tidak terbantahkan perihal isu setingan Persija menjadi juara
adalah pada laga pamungkas tim Macan Kemayoran melawan Mitra Kukar. Dua gol
yang dilesakkan Marko Simic ke gawang tim asuhan Rahmad Darmawan pantas
dipertanyakan.
Tidak
butuh pakar persepakbolaan nomor satu untuk menilai keputusan wasit
menghadiahkan penalti dan mengesahkan gol kedua Persija adalah keliru. Terjatuhnya
Marko Simic dalam kotak penalti Mitra Kukar tidak selayaknya diganjar penalti
karena penyerang asal Kroasia itu tidak sedang menguasai bola bahkan sangat
minim kontak badan alias cenderung “terjatuh sendiri”.
Pun
demikian dengan gol kedua Persija. Tayangan ulang terang benderang
memperlihatkan Ramdani Lestaluhu mengganggu pergerakan Yoo Jae Hoon untuk
mengantisipasi bola sehingga dengan mudah ditanduk Simic ke dalam gawang.
![]() |
Marko Simic mencetak dua gol ke gawang Mitra Kukar - Photo taken from Kompas |
Wasit
Prasetyo Hadi yang memimpin laga di GBK lantas menjadi sorotan. Dua gol Persija
tidak bisa dikatakan sebagai “gol murni” tetapi apakah ini bisa dijadikan dasar
bahwa Persija sudah diatur agar menjadi juara? Tanpa bermaksud membela Persija,
kinerja wasit tidak bisa sepenuhnya dikaitkan dengan hal ini.
Jangan
lupa bahwa Mitra Kukar juga mendapatkan hadiah penalti pada laga tersebut.
Penalti tersebut bahkan bisa saja mengubah hasil akhir kompetisi karena jika
saja Andritany gagal menepisnya maka skor 2-2 dapat terjadi karena Mitra Kukar
kemudian mencetak satu gol di jelang akhir laga. “Mitra Kukar juga punya
penalti. Kenapa tidak mencetak gol dari situ?” ujar Pelatih Persija Stefano
Cugurra dilansir dari Kumparan.
Nah,
dengan sejumlah dasar penjelasan diatas masihkah anda percaya bahwa Persija
juara karena telah diatur? Ataukah sebenarnya semua tudingan itu hanya
pernyataan emosional kecewa yang lantas dibarengi dengan cocoklogi sejumlah
fakta yang ada? Silahkan anda menyimpulkan sendiri.
Saya
sendiri akan dengan senang hati mengucapkan selamat untuk Persija atas gelar
juara yang diraih dan selamat juga untuk PSM yang telah menghadirkan persaingan
ketat sampai pekan terakhir menuju tangga juara. Kalian adalah wakil Indonesia
di level Asia, tunjukkan bahwa Persija dan PSM adalah tim terbaik di Indonesia
saat ini.
Post a Comment