Ketika Uruguay Kehilangan Duet Suarez Cavani
Pelatih
Uruguay, Oscar Tabarez mungkin sudah merasakan aroma kekalahan ketika Raphael
Varane mencetak gol pertama Prancis ke gawang Fernando Muslera pada menit ke
40. Situs resmi FIFA mencatat Uruguay tidak pernah menang dalam 16 laga
terakhir mereka di Piala Dunia ketika kebobolan terlebih dahulu.
![]() |
Suarez Cavani, duet maut Uruguay - Photo taken from IndiaTVnews |
Entah
apakah Tabarez mengetahui catatan statistik ini tetapi gol perdana Prancis itu
seperti menjustifikasi kesulitan yang akan dialami Uruguay jika mereka turun
berlaga tanpa duet maut mereka, Luis Suarez dan Edinson Cavani. Yap, Juara
Dunia 2 kali itu memang melakoni partai melawan Prancis tanpa kehadiran Cavani
diatas lapangan.
Penyerang
PSG itu sejatinya adalah sosok kunci Uruguay karena sudah mencetak 3 gol dalam
2 laga terakhir Uruguay di Piala Dunia 2018. Dua gol terakhirnya bahkan
berperan besar membawa Uruguay melewati hadangan Portugal dan melaju ke
perempat final. Lho, bukankah Oscar
Tabarez masih memiliki Luis Suarez didalam tim? Nah, disinilah letak
permasalahannya.
Bukan
tanpa alasan menyebut Cavani sebagai sosok kunci Uruguay. Cavani adalah kepingan
tak terpisahkan dengan Luis Suarez untuk membentuk pusat penyerangan yang
dahsyat dari Uruguay. Ini tidak hanya berbicara soal dua orang yang bertugas
mencetak gol, tetapi juga mengenai tuah keberadaan duet maut tersebut bagi
Uruguay.
Percaya
tidak percaya namun Uruguay seperti mendapatkan kekuatan ekstra jika Suarez dan
Cavani bermain bersama. Keduanya seperti ditakdirkan untuk lahir dan menjaga
Uruguay. Bukan kebetulan bila Suarez dan Cavani lahir di kota yang sama yaitu
Salto.
Tuah
duet Suarez dan Cavani bagi Uruguay terlihat pada kiprah negara itu sejak Piala
Dunia 2010 seperti yang dicatatkan Soccerway.
Sebuah catatan yang mengisyaratkan agar jangan sampai memisahkan keduanya dari
lini depan Uruguay.
Pada
semifinal Piala Dunia 2010, Uruguay harus turun berlaga melawan Belanda tanpa
Suarez yang diskors karena melakukan aksi “Tangan Tuhan” saat melawan Ghana.
Tanpa Suarez, Cavani diduetkan dengan
Diego Forlan, pemain yang sejatinya tidak kalah bagusnya dengan Suarez. Apa
yang terjadi? Uruguay takluk 2-3 dan gagal melaju ke partai final.
Kisah
kemudian berlanjut di Piala Dunia 2014 Brazil. Suarez lagi-lagi menjadi sosok
yang absen, kali ini akibat kedapatan menggigit bek Italia Giorgio Chiellini di
fase grup. Berlaga di babak 16 besar tanpa duet Cavani Suarez, Uruguay takluk
ditangan Kolombia dengan skor 0-2.
Kegagalan
Uruguay akibat “tidak mampu menjaga” Cavani dan Suarez terus berduet di lini
depan terulang di Piala Dunia 2018. Suarez tetap berada di lapangan namun
gantian Cavani yang absen karena cedera. Tanpa duet mautnya, Uruguay kalah dari
Prancis dan gagal menembus fase semifinal.
![]() |
Suarez dan Cavani setelah Uruguay disingkirkan Prancis - Photo taken from EFE |
Pemandangan
ikonik ketika Cavani memeluk Suarez usai Uruguay tersingkir ditangan Prancis
sudah menjelaskan betapa besar pengaruh dua orang ini bagi kiprah Uruguay di
Piala Dunia. Tanpa Cavani, Suarez seperti bekerja sendirian di lini depan.
Stuani yang diplot mendampingi Suarez sampai harus ditarik keluar pada menit ke
59 untuk digantikan Gomez, meski tetap tidak mampu menggantikan peran Cavani
sebagai tandem terbaik bagi Suarez.
Beratnya
tugas Suarez tanpa Cavani di lini depan terlihat dari catatan statistik. Situs
resmi FIFA mencatat Suarez melakukan 35 sentuhan bola sepanjang laga namun
semua interaksi dengan bola itu terjadi di luar kotak penalti lawan. Suarez
seperti tidak memiliki akses untuk masuk ke kotak penalti yang biasanya
dilakukan dengan melakukan umpan atau pergerakan tanpa bola bersama Cavani.
Secara
teknis Prancis memang layak memenangi tiket ke semifinal berkat keunggulan
penguasaan bola sebesar 62%. Namun cerita mungkin akan berbeda jika duet Suarez
dan Cavani bisa merumput bersama pada laga ini.
Uruguay
sendiri sudah harus berpikir panjang ke depan karena Piala Dunia 2018 bisa
menjadi Piala Dunia terakhir bagi Suarez dan Cavani. Negara yang pernah
menaklukkan Brazil di final Piala Dunia itu sebaiknya belajar untuk tidak
menggantungkan kualitas teknis pada duet penyerang saja. Terbukti, ketiadaan
duet andalan mereka berujung pada kegagalan.
Post a Comment