Ulas Taktik : Formasi 3-1-4-2 Yang Mengubah Penampilan Inggris
Jika
Inggris berhasil melangkah jauh di Piala Dunia 2018, minimal mencapai fase
semifinal untuk menyamai pencapaian terbaik mereka usai juara pada edisi 1966
maka publik sepakbola negeri itu harus banyak berterimakasih pada Gareth
Southgate. Pria yang baru menjalani turnamen internasional perdana bersama The Three Lions itu membawa perubahan
signifikan bagi gaya permainan timnas Inggris.
![]() |
Harry Kane saat mencetak gol kemenangan Inggris atas Tunisia - Photo taken from expresscouk |
Southgate
bak menjadi pemimpin gerbong generasi baru sepakbola Inggris dengan keberaniannya
membawa pemain-pemain yang terbilang masih muda dan baru menjalani debut
perdana di Piala Dunia.
Tidak
ada nama Joe Hart, Chris Smailing dan Jack Wilkshere dalam skuad Inggris di
Piala Dunia 2018 meski ketiga nama diatas masih cukup umur untuk mentas bersama
timnas. Sebagai gantinya, Southgate menunjuk deretan anak muda seperti Jordan
Pickford, Harry Maguire, Kieran Trippier dan Trent Alexander Arnold. Inggris
lantas menjadi salahsatu tim dengan rataan usia termuda di Rusia 2018.
Terobosan
Southgate tidak berhenti sampai disana. Mantan pemain timnas Inggris itu
menjajal formasi yang terbilang jarang dimainkan The Three Lions. Alih-alih memainkan 4 pemain bertahan dalam
formasi 4-4-2, 4-3-3 atau 4-2-3-1, Southgate justru menerapkan pola 3 pemain
bertahan dalam formasi 3-1-4-2.
Menariknya,
formasi itu berjalan impresif di laga perdana saat Inggris menundukkan Tunisia
2-1. Tunisia sendiri memang diatas kertas harusnya bisa ditaklukkan tetapi
permainan Inggris untuk menuju kemenangan dengan formasi itu benar-benar
menunjukkan Inggris yang berbeda.
Dalam
formasi 3-1-4-2, Inggris berani berlama-lama memainkan umpan-umpan pendek dari
lini pertahanan, lini tengah sampai ke lini depan. Perhatikan bagaimana Inggris
tidak terburu-buru melepaskan umpan jauh atau umpan silang saat skor 1-1 bertahan
sampai jelang laga berakhir. Inggrs terlihat sangat yakin dengan gaya bermain
yang mereka terapkan.“Saya senang dengan cara kami bermain meski waktu sudah
hampir habis. Kami tetap sabar dan tak hanya menendang bola ke kotak penalti”
ujar Southgate dilansir dari BBC
Dalam
formasi 3-1-4-2, ketiga bek tengah yang dihuni Maguire, Walker dan Stones kerap
memainkan bola di lini pertahanan sebelum dialirkan ke Henderson sebagai holding mildfielder atau kepada Young
dan Trippier di sisi sayap. Di tangan Southgate, sangat jarang Inggris
membangun serangan dengan langsung mengarahkan bola dari lini pertahanan ke
lini depan untuk meminta striker di depan beradu dengan bek lawan untuk
mendapatkan bola.
Trippier
di sisi sayap kanan mampu mengkreasikan 6 peluang dalam laga melawan Tunisia.
Ini menunjukkan bahwa taktik Southgate untuk memanfaatkan kecepatan disisi
sayap untuk membangun serangan terbukti jitu. Disisi seberangnya, Young pun tak
kalah impresif membangun serangan dari sisi sayap sekaligus menjaga pertahanan
dari sisi itu. Tajam di lini sayap, Inggris juga punya opsi serangan dari lini
tengah lewat gelandang serang yang diisi Dele Alli dan Jesse Lingard.
Dua
pemain ini bergerak mencari ruang untuk ikut mengkreasikan serangan ketika bola
telah berada di kaki Henderson atau kedua sayap Inggris. Tidak jarang, Raheem
Sterling yang menjadi duet Harry Kane di depan turun menjemput bola atau
memancing pemain bertahan lawan untuk maju meninggalkan area pertahanan. Nah, ketika
area pertahanan menyisakan ruang karena bek terpancing maju maka gelandang
serang akan masuk menusuk ke lini pertahanan lawan (Lingard sempat mendapati situasi satu lawan satu dengan kiper berkat
taktik ini namun sayang bola sontekannya hanya mengenai mistar gawang).
Di
sisi lain, pada saat menyerang, Inggris menyisakan Jordan Henderson di garis
tengah dan 3 bek di belakangnya. Alhasil Inggris beberapa kali mudah saja
mematahkan serangan balik Tunisia. Henderson memang tidak selalu berhasil
melakukan intersep namun
keberadaannya di lini tengah mampu menunda serangan balik lawan sambil memberi
waktu bagi Alli dan Lingard untuk turun membantu pertahanan.
Disisi
sayap, Young dan Kippier ikut turun saat Inggris diserang sehingga praktis tim
asuhan Southgate bertahan dengan 5 pemain bertahan dan 3 gelandang di tengah. “Jika
kami seri maka kami akan tetap bangga. Kami akan menciptakan banyak peluang
dengan baik di laga lain. Pergerakan, kecepatan, kontrol dari belakang dengan
bola sungguh menyenangkan dan kami menggunakannya” jelas Southgate akan taktik
Inggris masih dilansir dari BBC.
![]() |
Southgate memilih formasi 3-1-4-2 untuk Inggris di Piala Dunia 2018 - Photo taken from skysports |
Benar,
Inggris mempertontonkan kemampuan mereka mengontrol permainan sejak dari lini
pertahanan dan memanfaatkan kecepatan anak-anak muda mereka untuk mengkreasi
serangan. Kalaupun masih ada yang harus diperbaiki Inggris adalah pada
efektivitas mereka di depan gawang dan ketenangan dalam memainkan bola di lini
belakang.
Sejumlah
peluang emas yang dikreasikan Inggris seharusnya bisa membuat Inggris menang
lebih besar namun gagal dimanfaatkan dengan baik. Beruntung Inggris punya
kemampuan memaksimalkan situasi bola mati. “Kami bermain sangat baik dan kami
harusnya bisa mencetak gol lebih banyak lagi” tegas Harry Kane dilansir dari BBC.
Di
sisi lain, lini pertahanan mereka harus lebih tenang memainkan bola di bawah
tekanan penyerang lawan. Inggris cukup beruntung karena pemain Tunisia tidak
begitu agresif memberikan tekanan saat tiga bek Inggris memainkan bola di
belakang. Jika Inggris bisa membenahi dua hal ini maka seharusnya Harry Kane
dkk bisa melaju jauh di Piala Dunia 2018.
Post a Comment