Ketika Masjid Jadi Pertimbangan Utama Egy Memilih Klub Di Eropa
Mendapatkan
pengalaman dengan berada di klub Eropa dan mendapatkan jam terbang dalam
bermain biasanya menjadi pertimbangan utama bagi seorang pemain muda dari Asia
saat akan berkelana ke Eropa. Bisa bergabung dalam skuad klub Eropa saja sudah
merupakan pengalaman berharga.
![]() |
Egy saat beraksi bersama timnas U19 - Photo by CNN Indonesia |
Bayangan
bisa berlatih bersama bintang sepakbola dunia adalah satu momen yang tidak bisa
dimiliki setiap pesepakbola dari Asia. Bahkan ketika jam terbang bermain (meski
dari bangku cadangan) bisa didapatkan akan menjadi nilai plus keberadaan
seorang pemain Asia di sebuah klub Eropa.
Tidak
heran jika pemain muda dari Asia akan menimbang-nimbang hal ini sebelum
memutuskan akan menjajal bermain di klub Eropa yang mana. Tetapi rupanya hal
tersebut tidak sepenuhnya berlaku bagi bintang muda sepakbola Indonesia, Egy
Maulana Vikri. Kesempatan bermain ternyata bukan jadi alasan utamanya dalam
memilih klub tempat berlabuh di Eropa.
Remaja
berusia 17 tahun tersebut saat ini tengah dalam persiapan berkarir di luar
negeri sembari fokus ke timnas Indonesia yang akan menghadapi Asian Games 2018.
Egy memang sengaja menunggu sampai umurnya 18 tahun agar bisa langsung
mendapatkan kontrak ketimbang ke Eropa saat masih berusia 17 tahun.
Di
umur 17 tahun dirinya terkendala peraturan klub Eropa yang tidak boleh
mengontrak secara profesional pemain 17 tahun dan baru boleh diikat saat
berumur 18 tahun. Memaksakan diri ke Eropa saat ini hanya akan membuat Egy jadi
pemain akademi tanpa kejelasan ikatan kontrak dengan klub Eropa.
Pilihan
terbaik itu disadari Egy dan dimanfaatkannya untuk terus mempersiapkan diri
agar semakin matang sebelum bertualang di Eropa. “Saya sekarang lagi belajar
bahasa Inggris” ujar Egy dilansir dari Detik
menjelaskan persiapannya ke Eropa. Bahasa memang jadi salahsatu faktor yang
harus diasah karena akan sangat mempengaruhi proses adaptasinya nanti.
Lalu
kemana sebenarnya Egy akan berlabuh di Eropa? Belum ada konfirmasi resmi meski
sudah cukup santer diberitakan Egy tinggal memilih antara klub Prancis Saint
Etienne atau klub Polandia Legia Warsawa. Uniknya, bukan kesempatan bermain
yang jadi pertimbangan utama Egy dalam memilih klub nanti.
“Pilihan
pertama adalah masjid. Saya akan memilih negara yang banyak masjidnya” ujar Egy
kepada Detik. “Saya ingin nyaman dan
mendapat kesempatan bermain” lanjut Egy menjelaskan bahwa kenyamanan adalah
yang utama baru kemudian kesempatan bermain. Dan kenyamanan itu berkenaan
dengan tempat ibadah masjid.
![]() |
Egy saat bersujud syukur merayakan gol - Photo by Instagram |
Sikap
Egy ini tentu menjadi menarik karena remaja asal Medan tersebut sudah
sedemikian detail memikirkan segala sesuatunya di Eropa. Pilihannya untuk
menjadikan masjid sebagai pertimbangan utama sangat bisa dimaklumi karena
dirinya ingin memastikan tidak dilanda homesick
saat berada di negara orang.
Sebagai
seorang muslim, masjid memang jadi tempat terbaik untuk beribadah dan
menenangkan diri dari hiruk pikuk kehidupan. Bayangkan nanti Egy seusai latihan
mampir ke masjid dan berdzikir disana sembari menenangkan diri jelang
pertandingan. Ini tentu jauh lebih baik untuk mencegah dirinya kena pengaruh negatif
kehidupan pesepakbola yang berkaitan dengan pesta malam, wanita dan
obat-obatan.
Semoga
Egy konsisten dengan sikapnya mendahulukan pertimbangan faktor agama ini karena
bagaimana pun dirinya yang akan menjalani karir di Eropa nanti. “Klub yang saya
pilih adalah pilihan pribadi saya dan keluarga mendukung” ujar Egy. Ngomong-ngomong, Turki adalah negara Eropa
dengan penduduk muslim terbesar. Egy bakal main di klub Turki?
Post a Comment