Arsene Wenger Dan Kegagalan Single Terakhir Westlife
Awal
yang manis tidak selalu berakhir dengan baik. Kesuksesan yang diraih mengundang
puja dan puji tetapi bila saatnya akan berpisah, masihkah kesuksesan di masa
lampau terlihat manis? Pasangan yang tadinya cantik dan tampan dikala muda,
ketika usia menuakan dan wajah yang menarik itu pudar, masihkah ada cinta dan
penghargaan?
![]() |
Arsene Wenger sudah tidak mampu menangani Arsenal? - Photo by Metro |
Masih
ingat dengan boyband Westlife? Grup vokal berisikan pria tampan ini jadi idola
di seluruh dunia (mungkin kecuali di USA) dan menandai puncak kejayaan era
boyband pada akhir 1990-an dan awal 2000-an. Kemunculannya ke dunia musik
ditandai dengan 7 single perdana yang menduduki peringkat 1 UK Music Chart
mengalahkan sang legenda The Beatles.
Namun
seperti kalimat pembuka tulisan ini, segala yang indah dimasa lalu bukan
jaminan keindahan dimasa kini. Memukau di awal, Westlife mengakhiri dengan
buruk ketika memutuskan bubar tahun 2012. Single berjudul “Lighthouse” dari
album terakhir mereka bertajuk “Greatest Hits” gagal memuncaki Chart UK padahal
single pertama dari album-album Westlife biasanya rutin “nangkring” minimal di
posisi 10 besar Chart UK.
UK Music Chart
mencatat single “Lighthouse” langsung terjun bebas di posisi 32 dan menjadi
single Westlife dengan pencapaian paling buruk sepanjang karir boyband yang
pernah 3 kali mengadakan konser di Jakarta itu.
Ironis karena itu adalah single dari album terakhir boyband fenomenal
tersebut dimana logikanya orang-orang akan berburu single bersejarah itu dan
menjadikan Westlife meraih single nomor 1 untuk terakhir kalinya sebelum bubar.
Namun,
dunia musik masa kini tidak mengenal kata nostalgia untuk menghargai sebuah
boyband fenomenal yang akan mengakhiri “masa kerjanya” di dunia hiburan. Telinga-telinga
penikmat musik era modern tidak mengijinkan Westlife pamit dengan kepala tegak
lewat pencapaian single yang membanggakan. Pencapaian Westlife selama 14 tahun
karir luar biasa mereka seakan tidak berbekas di single terakhir tersebut. Single
lanjutan dari album Greatest Hits berjudul “Beautiful World” bahkan tidak masuk
Chart UK sama sekali.
Meraih
sejumlah prestasi membanggakan bahkan fenomenal namun gagal menaklukkan USA
serta mengakhiri karir dengan single yang tidak menjual mengingatkan kita akan
kisah Arsene Wenger, arsitek Arsenal asal Prancis. Ada kesamaan kisah diantara
keduanya yang bertutur tentang kejayaan masa lalu yang kehilangan penghargaan
di masa kini.
Wenger
menangani Meriam London sejak 1996 alias hampir 22 tahun yang lalu. The Professor menjadi satu dari sedikit
saja manager yang mampu bertahan lama di sebuah klub bersama Sir Alex Ferguson
di Manchester United. Tentu bukan tanpa alasan yang kuat mempertahankan
seseorang begitu lama di posisi manager.
Arsenal
bersama Wenger menjelma menjadi tim penantang serius gelar juara di Liga
Inggris setiap musim. Bersama Wenger pula, Arsenal konsisten tampil di
kompetisi tertinggi antar klub Eropa, Liga Champions. Arsenal meraih total 3
titel juara Liga Inggris dan 6 FA Cup bersama mantan pelatih AS Monaco dan
Nagoya Grampus ini.
Salahsatu
pencapaian fenomenal Wenger bersama Arsenal yang akan selalu tercatat dalam
sejarah adalah kala Arsenal meraih gelar juara Liga Inggris musim 2003/2004 tanpa
pernah mengalami kekalahan. Pencapaian itu lantas memunculkan julukan The Invicibles Team bagi Arsenal besutan
Wenger yang saat itu diperkuat nama-nama bintang sekelas Thierry Henry, Patrick
Vieira, Robert Pires, Dennis Bergkamp dan Sol Campbell. Arsene Wenger bisa
dipastikan adalah salahsatu bahkan merupakan manager tersukses sepanjang
sejarah Arsenal.
Meski
demikian, pencapaian fantastis Wenger bersama The Gunners di tanah Inggris tidak
berlanjut di ranah Eropa. Prestasi terbaik Arsene Wenger bersama Arsenal di
kompetisi Liga Champions adalah saat Thierry Henry dkk mentas di partai puncak
melawan Barcelona yang saat itu diperkuat mega bintang asal Brazil, Ronaldinho.
Pada
partai final tahun 2006 tersebut, Wenger harus menyaksikan anak asuhnya takluk
1-2 sekaligus memupus harapannya meraih gelar Liga Champions perdana bagi
Meriam London. Kegagalan di partai final Liga Champions itu juga sekaligus
menjadi awal penurunan kinerja Wenger bersama Arsenal. Raihan FA Cup 2005
menjadi titel juara terakhir yang dapat dipersembahkan Wenger sebelum 9 tahun kemudian
dalam dua musim beruntun Arsenal akhirnya mengangkat trofi juara FA musim
2013/2014 dan 2014/2015.
Kesempatan
terbaik untuk meraih gelar juara Liga Inggris yang sudah belasan tahun lebih
tidak mampir di kandang The Gunners
gagal dimanfaatkan Wenger musim 2015/2016 saat klub-klub elit seperti Chelsea,
MU dan Man City sedang tidak stabil. Ironisnya, Leicester City yang biasanya
selalu kalah dari Arsenal bisa-bisanya menyodok bersaing bersama Tottenham
Hotspurs dan muncul sebagai juara Liga Inggris.
Kisah
Wenger yang di Arsenal seperti meniru kisah akhir karir Westlife. Kekalahan
telak 0-3 dari Man City di final Piala Liga Inggris membuat Arsenal terancam
puasa gelar lagi setelah musim lalu masih bisa tersenyum dengan FA Cup. Kekalahan
itu membuat suara-suara yang menuntut Wenger mundur dari Arsenal semakin
nyaring terdengar.
![]() |
Lighthouse, single terakhir Westlife yang gagal di pasaran - Photo by Digital Spy |
Sosok
yang membentuk Arsenal sebagai tim tangguh di era Premier League itu seperti sudah
tidak ada artinya lagi di mata fans The
Gunners. Bahkan kenangan akan The
Invicibles Team pun hanya tinggal catatan sejarah untuk dikenang saja.
Persis
seperti lirik lagu Westlife berjudul “Last Mile Of The Way”
“Like day turns to night
Stone turns to dust
Like life becomes memories”
Sama
halnya dengan kisah single terakhir Westlife yang terjun bebas di posisi 32
Chart UK. Tidak ada sisa-sisa kejayaan boyband fenomenal asal Irlandia pada
single terakhir itu. Pada saat seperti itu, keputusan Westlife membubarkan diri
mungkin sudah tepat karena mereka mengakhiri karir saat panggung belum
benar-benar dirubuhkan.
Wenger
sepertinya menatap musim ini sebagai musim terakhirnya di Arsenal. Jika skuad
terbaik Arsenal yang berisikan Mesut Oezil, Aubameyang, Mkhitaryan, Ramsey dan
Xhaka sekalipun tidak mampu berbicara banyak maka kemungkinan kekurangan puzzle
kejayaan itu ada pada posisi manager yang menangani tim.
Faktanya,
sudah belasan tahun lebih The Gunners
tidak mencicipi gelar juara Liga Inggris lagi. Wajah baru di ruang ganti Meriam
London tampaknya menjadi sesuatu yang diperlukan fans Arsenal. Seperti halnya
wajah fresh One Direction menggantikan wajah-wajah lama personil Westlife di
alam pikiran pencinta boyband.
Post a Comment