Buang Sial, Mourinho Jangan Mainkan Ibrahimovic Di Liga Champions
Jose Mourinho sebaiknya
membuang jauh-jauh pikiran untuk memasukkan nama Zlatan Ibrahimovic dalam skuad
yang akan berlaga melawan Sevilla di babak 16 besar Liga Champions. Bahkan
lebih jauh lagi, jika ingin sukses di ajang ini maka The Special One harus tega menepikan legenda timnas Swedia itu dari
skuad Liga Champions MU.
Apa alasannya? Entah ini
bisa jadi alasan yang kuat dan masuk akal atau tidak, tetapi rekam jejak Zlatan
Ibrahimovic di kompetisi elit antar klub Eropa tersebut menegaskan satu hal
yaitu Ibrahimovic tidak berjodoh dengan kompetisi Liga Champions.
![]() |
Ibra tidak berjodoh dengan Liga Champions? - Photo by Talk Sport |
Pemain yang musim ini sebenarnya
kesulitan mendapatkan tempat dalam skuad inti MU itu tidak pernah berhasil
memenangkan trofi Liga Champions sepanjang karirnya. Menjadi ironis karena
sejatinya Ibrahimovic punya kans besar untuk bisa mengangkat trofi Liga
Champions jika melihat deretan klub-klub yang pernah dibelanya.
Ibra meninggalkan klub
Swedia Malmo pada tahun 2001 dan bergabung dengan raksasa Belanda, Ajax
Amsterdam yang menjadi salahsatu klub dengan sejarah bagus di Liga Champions. Performa
hebat Ibra di kompetisi domestik menghasilkan gelar juara Liga Belanda pada
akhir musim 2001/2002.
Musim berikutnya jadi musim
debut Ibra di Liga Champions. Meski berhasil melesakkan 5 gol pada musim
tersebut namun langkah Ajax tertahan di perempatfinal oleh AC Milan yang
kemudian menjadi juara Liga Champions musim itu. Awal yang bagus bagi
Ibrahimovic dan namanya mulai dikenal penggemar sepakbola dunia sebagai
penyerang muda yang sangat potensial.
Bisa ditebak, seperti yang
biasa terjadi saat Ajax “memperkenalkan” bintang muda potensial maka tinggal
tunggu waktu sampai klub-klub besar Eropa lainnya menjadi tempat persinggahan
berikutnya dari bintang-bintang muda Ajax. Demikian juga halnya
dengan Ibrahimovic. Setelah membantu Ajax memenangkan juara Liga Belanda
2003/2004, Ibra berlabuh ke klub dan liga yang lebih bergengsi sekaligus lebih
menantang, Juventus di Serie A Italia.
Bersama Si Nyonya Tua, Ibra berhasil memenangkan
titel juara Liga Italia musim 2004/2005 pada musim debutnya bersama Juventus di
Serie A. Performa gemilangnya bahkan berbuah gelar Pesepakbola Asing Terbaik
Serie A Tahun 2005. Meski demikian, dalam total 2 musim bersama Juventus
(2004/2005 dan 2005/2006) tidak ada pencapaian bagus Ibra di ajang Liga
Champions meski dirinya berada di klub sekelas Juventus bersama pemain-pemain
hebat seperti David Trezeguet, Del Piero, Mauro Camoranesi dan Gianluigi Buffon
saat itu.
Dengan cerita seputar kasus
Calciopoli yang mendegradasikan Juventus ke Serie B usai musim 2005/2006,
Ibrahimovic yang kebelet dengan
prestasi di Liga Champions jelas sulit untuk mengikuti jejak Del Piero dan
Buffon yang tetap bertahan bersama Juventus
di Serie B. Ya, Ibra harus berada di klub yang membuatnya bisa tetap berlaga di
Liga Champions. Dan Inter Milan menjadi pelabuhan selanjutnya bagi penyerang
dengan tinggi tubuh 195 cm itu.
Tanda-tanda bahwa
Ibrahimovic tidak berjodoh dengan Liga Champions mulai jelas terlihat disini. Dalam
debut Serie A nya bersama Inter (9/9/2006), Ibra langsung mencetak gol saat
Inter menaklukkan Fiorentina 3-2 di Artemio Franchi, kandang Fiorentina. Ironisnya,
tiga hari kemudian dalam debut Liga Championsnya bersama Inter, Ibrahimovic
tidak sanggup berbuat banyak kala Inter takluk 0-1 dari Sporting Lisbon..
Bersama Ibra, Transfermarkt mencatat Inter Milan mengukuhkan
diri sebagai raja sepakbola Italia dengan mencetak hattrick Scudetto 2007, 2008
dan 2009. Ibra sendiri sukses menjadi top skor Serie A Italia dengan 25 gol
pada akhir musim 2008/2009 atau musim terakhirnya di Inter Milan.
Meski bergelimang gelar bersama Inter, Ibra tidak kunjung mendulang prestasi di Liga Champions. Ibrahimovic bersama Inter Milan boleh berjaya di Liga Italia tetapi mereka tidak bias berbuat banyak saat bertarung di Liga Champions. Padahal saat itu Ibra berada bersama pemain-pemain hebat sekelas Javier Zanetti, Luis Figo, Christian Chivu dan bintang muda yang tengah menanjak Mario Balotelli.
Meski bergelimang gelar bersama Inter, Ibra tidak kunjung mendulang prestasi di Liga Champions. Ibrahimovic bersama Inter Milan boleh berjaya di Liga Italia tetapi mereka tidak bias berbuat banyak saat bertarung di Liga Champions. Padahal saat itu Ibra berada bersama pemain-pemain hebat sekelas Javier Zanetti, Luis Figo, Christian Chivu dan bintang muda yang tengah menanjak Mario Balotelli.
Disaat bersamaan pada
akhir musim 2008/2009, Liga Champions tengah diliputi euforia kehadiran
Barcelona dengan sepakbola tiki taka
yang diracik Pep Guardiola bersama deretan pemain bintang seperti Thierry
Henry, Samuel Eto’o, Andres Iniesta, Xavi Hernandes dan sang fenomenal Lionel
Messi.
![]() |
Ibra saat membela Barcelona - Photo by BBC News |
Ibrahimovic jelas tidak akan
menolak untuk berada di tim yang sudah terbukti mampu memenangkan Liga
Champions dengan gaya keren itu. Dan demikianlah yang kemudian terjadi,
Ibrahimovic menuju Barcelona berganti posisi dengan Samuel Eto’o yang hijrah ke
Inter Milan. Bayang-bayang kedahsyatan Barcelona dengan trio Henry, Messi dan
Ibra sudah membumbung tinggi di tengah fans Barcelona.
Performa Ibrahimovic
bersama Barcelona tampak menjanjikan saat pemain yang mengidolakan Ronaldo
(penyerang Barcelona asal Brazil) ini mencetak rekor sebagai pemain yang selalu
mencetak gol dalam 5 laga pertama di La Liga Spanyol. Benar saja, Ibra berhasil
meraih trofi juara La Liga Spanyol bersama Barcelona di akhir musim 2009/2010.
Ironisnya, kedatangan Ibra
justru tidak membantu Barcelona mempertahankan gelar juara Liga Champions meski
klub bertabur bintang itu sudah dihuni pemain sekelas Messi, Henry, Iniesta,
Xavi dan Ibrahimovic sendiri. Makin ironis bagi Ibrahimovic karena Barcelona
tersingkir di fase semifinal oleh mantan klubnya Inter Milan. Ibra makin patah hati
karena Inter Milan yang ditinggalkannya justru menjadi juara Liga Champions di
musim pertama tanpanya. Analisa Ibra tidak berjodoh dengan trofi Liga Champions
makin menguat.
Analisa tersebut makin menjadi-jadi kala Ibra hengkang ke AC Milan pada musim 2010/2011. Ibrahimovic memenangkan scudetto bersama Milan dimusim debutnya namun disaat bersamaan pada akhir musim 2010/2011, Barcelona yang ditinggalkannya justru meraih kembali titel juara Liga Champions. Sekilas langsung terlihat bahwa kepergian Ibrahimovic adalah sebuah kesyukuran bagi Barcelona karena ditinggal pergi “pembawa sialnya” ke AC Milan.
Analisa tersebut makin menjadi-jadi kala Ibra hengkang ke AC Milan pada musim 2010/2011. Ibrahimovic memenangkan scudetto bersama Milan dimusim debutnya namun disaat bersamaan pada akhir musim 2010/2011, Barcelona yang ditinggalkannya justru meraih kembali titel juara Liga Champions. Sekilas langsung terlihat bahwa kepergian Ibrahimovic adalah sebuah kesyukuran bagi Barcelona karena ditinggal pergi “pembawa sialnya” ke AC Milan.
Bersama AC Milan yang
diperkuat Alexandre Pato, Robinho, Thiago Silva dan Kevin Prince Boateng,
Ibrahimovic tidak pernah membawa Milan melangkah jauh di kompetisi Liga
Champions. Ibra seperti “bermusuhan” dengan trofi Liga Champions.
Kala berganti kostum ke
PSG yang bertabur bintang sekelas Thiago Silva, Javier Pastore, Lavezzi dan
Edinson Cavani, Ibrahimovic sanggup membawa klub Prancis itu merajai Ligue 1
tetapi selalu gagal mengangkat trofi juara Liga Champions. Pada tahap ini,
Ibrahimovic tidak berjodoh dengan Liga Champions bukan sekedar analisa lagi
tetapi sudah menjadi fakta yang tidak terbantahkan.
Perhatikan siapa saja pelatih
yang pernah menangani Ibra. Pelatih jawara Liga Champions sekelas Jose Mourinho
di Inter Milan, Pep Guardiola di Barcelona dan Carlo Ancelotti di PSG saja
tidak sanggup membantu Ibra mewujudkan mimpi mengangkat trofi Liga Champions.
Jika diperhatikan
bagaimana MU musim lalu menjuarai Liga Europa, trofi itu dimenangkan tim asuhan
Jose Mourinho tanpa kehadiran Ibra di atas lapangan pada partai final.
Jangan-jangan jika saat itu Ibra tidak cedera dan turun berlaga MU bisa ketiban sial dan gagal menjadi juara
Europa League.
Yah, silahkan saja percaya
tidak percaya tetapi hal-hal non teknis seperti ini cukup banyak bertebaran di
dunia sepakbola. Untungnya Ibra memang bukan pilihan utama Mourinho di skuad MU
musim ini. Fans MU patut berharap Lukaku dan pemain lain di lini depan bisa
menjaga ketajaman agar Mourinho tidak berpikir untuk memainkan Ibrahimovic.
Post a Comment