Senja Kala Ibrahimovic Mendekati Ujung Karir
Kutipan
lirik lagu “Tak Ada Yang Abadi” yang pertama kali dinyanyikan oleh Peterpan
sebelum berganti nama menjadi NOAH diatas niscaya semakin terasa dalam maknanya
tiap kali melihat sosok Zlatan Ibrahimovic musim ini.
Pesepakbola legendaris asal Swedia itu ditenggarai sudah semakin mendekati ujung perjalanan karir profesionalnya. Kedatangannya kembali ke MU lewat “aksi sembuh lebih cepat” dari cedera yang sempat diperkirakan akan menamatkan karirnya tampaknya menjadi pertunjukan terakhir kehebatan sang pemain.
Ya, Zlatan Ibrahimovic memang menjadi bintang utama MU musim lalu berkat torehan 28 gol dalam 46 laga. Meski gagal menyelesaikan musim sampai tuntas, kontribusinya terbilang besar untuk pencapaian gelar juara Community Shield, Piala Liga Inggris dan Juara Europa League yang dimenangkan MU. Kontribusi yang boleh jadi merupakan penampilan hebat terakhirnya di atas lapangan hijau.
Saat datang kembali ke MU usai sembuh dari cedera, MU tidak lagi sama. Mereka sudah punya Romelu Lukaku yang lebih muda dan tidak kalah “raksasanya” dibanding Ibra. Permainan MU juga dinilai lebih cepat dan mengalir. Namun permasalahan utama Ibra bukan disini. Mantan penyerang PSG itu memang sudah tidak seperti dulu.
“Saya adalah pelatihnya di Inter Milan ketika dia berumur 29 tahun. Kita tidak bisa menghentikan waktu dan itu sangat penting untuk pesepakbola” ujar Mourinho seperti dilansir dari Soccerway (16/1/2018) menegaskan bahwa Ibra kini sudah bukan Ibra yang dulu lagi.
Pada masa jayanya, Ibrahimovic adalah pemain bintang yang dengan lantangnya enteng saja menyatakan “Saya lebih baik daripada Messi dan Ronaldo” kemudian anda tidak akan tertawa mendengar pernyataan itu. Bandingkan jika ucapan itu dilontarkan oleh seorang Mario Balotelli. Mari tertawa dulu hahahahahaha
Pesepakbola legendaris asal Swedia itu ditenggarai sudah semakin mendekati ujung perjalanan karir profesionalnya. Kedatangannya kembali ke MU lewat “aksi sembuh lebih cepat” dari cedera yang sempat diperkirakan akan menamatkan karirnya tampaknya menjadi pertunjukan terakhir kehebatan sang pemain.
Ya, Zlatan Ibrahimovic memang menjadi bintang utama MU musim lalu berkat torehan 28 gol dalam 46 laga. Meski gagal menyelesaikan musim sampai tuntas, kontribusinya terbilang besar untuk pencapaian gelar juara Community Shield, Piala Liga Inggris dan Juara Europa League yang dimenangkan MU. Kontribusi yang boleh jadi merupakan penampilan hebat terakhirnya di atas lapangan hijau.
Saat datang kembali ke MU usai sembuh dari cedera, MU tidak lagi sama. Mereka sudah punya Romelu Lukaku yang lebih muda dan tidak kalah “raksasanya” dibanding Ibra. Permainan MU juga dinilai lebih cepat dan mengalir. Namun permasalahan utama Ibra bukan disini. Mantan penyerang PSG itu memang sudah tidak seperti dulu.
“Saya adalah pelatihnya di Inter Milan ketika dia berumur 29 tahun. Kita tidak bisa menghentikan waktu dan itu sangat penting untuk pesepakbola” ujar Mourinho seperti dilansir dari Soccerway (16/1/2018) menegaskan bahwa Ibra kini sudah bukan Ibra yang dulu lagi.
Pada masa jayanya, Ibrahimovic adalah pemain bintang yang dengan lantangnya enteng saja menyatakan “Saya lebih baik daripada Messi dan Ronaldo” kemudian anda tidak akan tertawa mendengar pernyataan itu. Bandingkan jika ucapan itu dilontarkan oleh seorang Mario Balotelli. Mari tertawa dulu hahahahahaha
Apa
yang kurang dari Zlatan Ibrahimovic rasa-rasanya hanyalah trofi Liga Champions.
Transfermarkt merekam catatan
gemilang karir Ibra sejak berkostum Ajax. Pencetak gol terbanyak sepanjang masa
timnas Swedia ini memenangkan semua gelar liga domestik bersama Ajax, Juventus,
Inter Milan, Barcelona, AC Milan dan PSG.
Kegagalan
menjuarai Liga Inggris bersama MU musim lalu adalah kegagalan perdananya
memenangkan liga domestik meski kemudian sebagai gantinya Ibra mendapatkan trofi
juara Europa League sebagai trofi juara pertamanya di kompetisi Eropa (lupakan
gelar Piala Super Eropa bersama Barcelona).
Keberhasilan
memenangkan kompetisi yang hanya satu tingkat di bawah Liga Champions itu
bersama MU bak menguatkan Ibra bahwa nasib sialnya yang selalu gagal
memenangkan Liga Champions meski sudah bermain dibawah asuhan Capello di
Juventus, Guardiola di Barcelona, Ancelotti di PSG dan Mourinho di Inter Milan
mungkin bakal berakhir di MU.
![]() |
Mungkinkah MU jadi klub terakhir Ibra sebelum pension? Photo by express.co.uk |
MU
juga memberikan tantangan baru baginya karena setelah menjadi juara di La Liga
Spanyol, Ligue 1 Prancis dan Serie A Italia, gelar juara Premier League Inggris
akan jadi hidangan penutup karir yang sempurna. Apalagi jika ditambah dengan
trofi Liga Champions. “Zlatan tahu bahwa dia sedang memasuki ujung karir di
level tertinggi tetapi karena mimpi dan hasratnya maka dia ingin bertarung untuk
mengakhiri karir di MU dengan gemilang” ucap Mourinho masih dilansir dari Soccerway (16/1/2018).
Benar. Ibra memang semakin jarang mendapatkan kesempatan bermain dalam skuad MU musim ini dan hal tersebut memperlihatkan dirinya bukan lagi sosok vital bagi tim seperti pada masa jayanya. Who Scored mencatat sejak kembali dari cedera, pria berumur 36 tahun itu baru bermain dalam 7 laga dengan sumbangan 1 gol. Itu pun dengan kebanyakan turun sebagai pemain pengganti. Ibra memang semakin mendekati ujung karirnya.
Benar. Ibra memang semakin jarang mendapatkan kesempatan bermain dalam skuad MU musim ini dan hal tersebut memperlihatkan dirinya bukan lagi sosok vital bagi tim seperti pada masa jayanya. Who Scored mencatat sejak kembali dari cedera, pria berumur 36 tahun itu baru bermain dalam 7 laga dengan sumbangan 1 gol. Itu pun dengan kebanyakan turun sebagai pemain pengganti. Ibra memang semakin mendekati ujung karirnya.
Post a Comment